Terkadang hidup memang tidak adil. Kini aku berada dipersimpangan ketika keputus asaan dan ketidakberdayaan menghampiri ku. Aku hanya gadis usia 23 tahun yang ingin merasakan apa itu bahagia, tersenyum lepas dan tertawa gembira. Sepertinya hal itu akan sangat sulit aku dapatkan. Hidupku serasa hampa, hanya badan ini yang hidup tidak dengan hati dan perasaan ini.
Semua berawal saat aku banyak mengalami masalah sangat besar dalam hidupku, yupp broken home. Istilah ini memang sudah tidak asing lagi, tp bagi aku ini adalah malapetaka dimulainya kehancuran hidup aku.tidak ada ayah yang menggandengku ataupun ibu yang menemani ku becanda, kitika itu aku berusia 14 tahun. Dimana usia itu tidak bisa mengerti apa itu perceraian dan mengapa ini terjadi pada keluargaku. Aku tidak tau pasti apa penyebab perceraian mereka, entah ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya atau ayah yang selalu pulang larut malam, entah bekerja atau berbuat apa. Yang pasti aku dan kakak ku merasa hidup sendiri. Kami biasa mengurus segala sesuatuhnya sendiri. Kakakku bernama dhoni , pada dasarnya dia kakak yang baik namun entah lah mungkin dia tidak sanggup menghadapi hancurnya keluarga ini sehingga dia hidup se maunya. Yaah tinggallaah aku sendiri. Aku hanya mempunyai seorang teman baik bernama arin. Mungkin dari jutaan manusia dibumi ini hanya arin yang selalu mendengarkan keluh ku. Tidak ada pria yang aku cintai krn menurutku atau atau tidaknya mereka tidak terlalu merubah hidupku. Sampai aku memasuki SMA sama kok tidak ada perubahan yang berarti di SMA. Semua sama hanya ada arin yang selalu disini. Sampai suatu saat ada pria yang selalu memperhatikan ku. Aku tidak tau dia itu siapa yang pasti aku merasa terusik karna gerak geriknya yang selalu memperhatikanku.
Perkenalan aku dan dia berawal saat aku sedang duduk sendirian di kantin sekolah dan dia menghampiriku berkata “hai, kamu kiran??” dan aku hanya menatapnya dengan penuh sinis dan rasa takut. “kamu siapa ya??” “aku arya” dengan pede nya mengulurkan tangan. Dan aku hanya menatapnya kecil dn bergeges pergi. Entah apa yang ia sukai dari ku yang pasti semenjak hari itu ia selalu berusaha ingin mengajakku bicara.
Mungkin karna niatnya yang baik saat aku hampir di serempet motor sehabis pulang sekolah, disitulah perkenalan kami. Ternyata arya baik dan tidak seperti yang aku bayangkan. Hampir setiap hari kami berbincang mengenai pelajaran atau hobi kami. Sesekali kami pergi makan, nonton bioskop atau sekedar berbincang-bincang di cafe. Aku merasa setiap hari ku jika bersama nya menjadi indah dan ditak sedatar dulu. Arya banyak mengubah hidupku. Hidup yang tadinya gelap kini menjadi sedikit ada warna. Walaupun arya tidak pernah menyatakan perasaannya tapi aku tau ada cinta dihati arya untukku. Aku pun tidak membutuhkan komitmen. Hubungan kami semakin intens sampe suatu hari arya dapet beasiswa ke jerman. Sedih, senang tapi entah lah harus ekspresi apa yang harus aku tunjukan pada arya.
Mungkin hidup aku akan kembali gelap tanpa adanya arya.... selain arin hanya arya yang aku miliki. Aku berusaha menyembunyikan kesedihanku pada arya, aku tidak ingin dia pergi tanpa beban. Senin, pukul 11.00 pagi aku mengantarkan arya ke airport dan aku tak kuasa menahan sedihku, “gimana aku tanpa kamu??” sambil menatapku arya sesekali mengusap air mata ku secara lembut dan berkata “berjanjilah untuk tidak sedih, berjanjilah untuk membuat hidup kamu lebih ada warna dengan atau tanpa aku” aku hanya menggelengkan kepala dengan meneteskan air mata. “sstttt” telunjuk arya menyentuh bibirku dan mengusap pipiku lalu menarik pinggangku dekat dengannya, dan mencium bibirku lembut penuh dengan rasa sayang. Tangisku pun tak terbendung, sampai saatnya arya harus pergi.
Hari hari yang aku jalani kini tanpa arya. Aku selalu ingin menangis ketika mengingat arya. Hampir setiap hari aku mengunjungi tempat-tempat faforit aku dan arya. Ya tuhaann rasa kehilangan ini terus membunuh ku secara perlahan. Aku mencintai arya dia orang pertama yang memberikan aku kebahagiaan, memberikan ku warna bahwa dalam hidup tidak hanya ada gelap tapi banyak warna yang seharusnya bisa menghiasi hidupku.
Mungkin arin geram melihatku terlalu lama seperti ini, arin pun mengajakku ke sebuah tempat dimana berisi banyak anak-anak. Arin pun memperkenalkan aku satu persatu dari mereka. Ternyata ini adalah tempat sekolah anak jalanan. Perlahan hariku mulai terhibur dengan kehadiran mereka. Mereka bisa membuatku tersenyum saat bersama mereka walaupun tidak mengurangi kerinduanku pada arya yang sama sekali tanpa kabar sejak kepergiannya ke jerman. Ohh arya tidakkah kamu merindukanku disini. Aku benci pertemuan jika ada perpisahan. Mengapa kita dipertemukan tapi untuk dipisahkan??? Bukankah semua orang berhak bahagia? Kenapa rasanya bahagia itu yang tidak mau menghampiriku.
Sekarang setiap hariku disibukan dengan mengajar anak-anak. Walau sampai saat ini aku tidak ingin ada kehadiran pria. Alasanku bukan hanya karna arya, tapi karna aku benci pertemuan. Aku takut nanti nya akan dipisahkan lagi. Rasanyaaaa sangat sakit dipisahkan dengan orang yang sangat kita cintai dan kita butuhkan.
to be continue ......................