Kesehatan mental
Konsep
manusia menurut aliran Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Gnothi Seauthon…! Kenalilah dirimu…!
Motto ini telah mengusik para filusuf untuk mencoba memahami dirinya. Konon,
motto inilah yang mendorong berkembangnya ilmu filsafat di Yunani. Dan ternyata
hingga saat ini pun masih relevan
Psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku manusia telah melahirkan banyak teori-teori tentang
manusia, tetapi empat pendekatan yang paling dominan dan berpengaruh adalah :
Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistis.
Psikoanalisis melukiskan manusia sebagai makhlik yang digerakkan oleh
keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).
Di sisi lain, menurut Sigmund Freud,
perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari
dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam
tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori
Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian
menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada
dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan
pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu
adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa
perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang
tersebut.
Di sini, Freud memberikan indikasi
bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan
dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu
ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.
Dan struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian
manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
-
Manusia memiliki struktur kepribadian
yaitu :
1. Id
a. Merupakan
sistem kepribadian yang asli
b. Berisi
segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir.
c. Fungsi
Id adalah untuk mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi
atau ketegangan-ketegangan yang dicurahkan oleh jasad dalam
rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.
d. Prinsip
kesenangan (pleasure principle) terjadi untuk membebaskan atau mengurangi
jumlah ketegangan.
2. Ego
a. Ego
timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang
sesuai dengan dunia kenyataan objektif.
b. Ego
dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang bertujuan untuk menangguhkan
peredaran energi sampai benda nyata yang akan memuaskan keperluan telah
ditemukan atau dihasilkan.
c. Ego
disebut eksekutif kepribadian karena mengontrol ke arah tindakan, memilih
lingkungan berespon, memutuskan insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana
caranya.
d. Peran
utamanya menengahi kebutuhan instingtif organisme dan kebutuhan-kebutuhan
lingkungan sekitarnya.
e. Tujuannya
yang sangat penting adalah mempertahankan kehidupan individu dan memperhatikan
bahwa spesies dikembangbiakkan.
3. Superego
a. Superego
adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional
masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua kepada anak, dan dilaksanakan
dengan cara memberinya hadiah atau hukkuman.
b. Superego
adalah wewenang moral kepribadian, mencerminkan hal yang ideal dan bukan yang
real, dan memperjuangkan kesempurnaan, dan bukan kenikmatan.
Konsep Manusia Dalam
Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat.Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons(responder),sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
- Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia,yakni:
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
- Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat.Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons(responder),sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
- Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia,yakni:
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
- Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
- Corey(1991),mengemukakan bahwa pada terapi
perilaku,perilaku adalah hasil dari belajar.Kita semua adalah hasil dari
lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.tidak ada dasar yang berlaku
umum bisa menjelaskan semua perilaku.karena setiap perilaku ada kaitanya dengan
sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku
tersebut.
- Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik.Pengubahan(modifikasi)perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak.
- Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik.Pengubahan(modifikasi)perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak.
Psikologi perilaku memberikan kontribusi penting
dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak diamalkan dalam
kegiatan pendidikan, psikoterapi, pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan
penertiban social melalui law of enforcement, yakni:
a.
Classical Conditioning (pembiasaan
klasik) yaitu rangsang (stimulus) netral akan menimbulkan pola reaksi
tertentu apabila rangsang itu sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain
yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.
b.
Law of effect (hukum akibat) yakni perilaku yang
menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan pelaku cenderung diulangi;
sebaliknya perilaku yang menimbulkan akibat tidak memuaskan atau
merugikan cenderung dihentikan.
c.
Operant conditioning (pembiasaan
operan): suatu pola perilaku akan mantap apabila berhasil diperoleh hal-hal
yang diinginkan pelaku (penguat positif) atau mengakibatkan hilangnya hal-hal
yang tak diinginkan (penguat negatif). Di sisi lain suatu pola perilaku
tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan dialaminya hal-hal
yang tidak menyenangkan (Hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang
menyenangkan pelaku (Penghapusan).
d.
Modeling (peneladanan): perubahan perilaku
dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan terhadap perilaku
orang lain yang disenangi dan dikagumi.
Keempat asas
perubahan perilaku itu berkaitan langsung dengan proses belajar yang melibatkan
unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kemauan),
dan aksi (tindakan) atau dengan kata lain meliputi unsur cipta, rasa,
karsa, dan karya.
Konsep manusia menurut Pandangan Humanistik
Abraham Maslow dikenal sebagai bapak psikologi
humanistik. Menurutnya, manusia adalah makhluk kreatif yang dikendalikan oleh
niali-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan ketidaksadaran.
Menurut Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan yang berhirarki, meliputi:
a. Kebutuhan
fisiologis.
b. Kebutuhan
rasa aman.
c. Kebutuhan
rasa cinta dan memiliki.
d. Kebutuhan
akan penghargaan.
e. Kebutuhan
aktualisasi diri.
Kebutuhan tersebut di atas dikatakan berhirarki karena
kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang lebih
rendah sudah terpenuhi.
Jadi konsep
manusia menurut aliran ini adalah manusia merupakan makhluk yang dikendalikan
oleh nilai dan pilihannya sendiri. Dalam hal ini, 5 hirarki kebutuhan termasuk
salah satu pengendali manusia. Setelah memenuhi kebutuhan di tingkat terendah,
manusia harus berusaha memenuhi kebutuhan di tingkat atasnya agar dapat
dinyatakan sebagai pribadi yang sehat dan ideal.
Psikologi humanistik mengambil banyak dari
psikoanalisis Neo-Freudian (sebenarnya Anti-Freudian) seperti Adler, Jung,
Rank, Slekel, Ferenczi, tetapi lebih banyak lagi mengambil dari fenomenologi
dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam "dunia
kehidupan" yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap
orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. "Alam pengalaman setiap
orang berbeda dari alam pengalaman orang lain," kata Brouwer (1983).
Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers yang boleh disebut
Bapak Psikologi Humanistik.
Dalam pandangan eksistensialisme, manusia hanya tumbuh
dengan baik dalam hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi dengan
benda…subyek dengan subyek, bukan subyek dengan obyek. Di sinilah faktor orang
lain menjadi penting, bagaimana reaksi mereka membentuk bukan saja konsep diri
kita, tetapi juga pemuasan…apa yang disebut oleh Abraham Maslow sebagai
"growth needs". Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban
individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari
kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru
bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif
secara sosial.
Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang
membedakan psikologi humanistik dari mahzab lainnya. Manusia bukan saja pelakon
dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari
makna. Freud pernah berkirim surat pada Princess Bonaparte dan menulis bahwa
pada saat manusia bertanya apa makna dan nilai kehidupan, pada saat itulah ia
sakit. Itu tidak benar, manusia justru menjadi manusia ketika mempertanyakan
apakah hidupnya bermakna. Viktor E. Frankle (1967) berkhotbah," Saya pikir
sudah saatnyalah kita mengakui kenyataan bahwa manusia bukan sekedar mekanisme
atau hasil proses pelaziman, mengakui kemanusiaan manusia, mengakui bahwa
manusia adalah wujud yang selalu mencari makna, dan bahwa hatinya selalu resah
sebelum menemukan makna dalam hidupnya."
Khotbah Frankle menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi
humanistik, yaitu: keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta
kemampuan manusia untuk mengembangkan diri. Untuk penjelasannya, coba simak
penjabaran asumsi-asumsi ini dalam pandangan Carl Rogers di bawah ini.
Secara garis besar, konsepsi manusia dalam pandangan
Humanisme menurut Carl Rogers adalah sebagai berikut:
- Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana sang Aku, Ku, atau Diriku (the I, Me, or Myself) menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada 'konsep diri', yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal… medan keseluruhan pengalaman subyektif seorang manusia yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang "bukan Aku".
- Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
- Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada "realitas" seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
- Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
- Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
sumber
1. http://andyinis-journal.blogspot.com/2013/04/konsep-manusia.html
2. Bastaman,
H. D. (2007). Logoterapi, psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih
hidup bermakna. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada
3. http://mutiarafatur.blogspot.com/2012/04/pandangan-psikoanalisis-behavioristik.html