Berikut
ada beberapa ulasan mengenai apa itu Abnormalitas :
PENGELOMPOKAN DEFINISI ABNORMAL :
1. Pendekatan
statistik : Di atas / di bawah normal di sebut “anormal” bukan abnormal.
Istilah ini sering dipakai pada aliran behaviourisme dan kuantitatif
2. Pendekatan
Fungsional : Fungsi – fungsi kepribadian yang ada pada orang yang
bersangkutan berada pada taraf yang optimal / tidak
3. Pendekatan
Kultural : Pendekatan yang melihat abnormalitas dari sistem nilai yang
berlaku dalam masyarakat tertentu
KRITERIA
YANG MENENTUKAN ABNORMALITAS
1. Perilaku
yang tidak biasa
Perilaku
yang tidak biasa disebut abnormal . Hanya sedikit dari kita yang menyatakan
melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu
hamper dikatakan abnormal dalam budaya kita.
2. Perilaku
yang tidak dapat diterima secara social atau melanggar norma sosial.
Setiap
masyarakat memiliki norma – norma / standar yang menentukan jenis perilaku yang
dapat diterima dalam beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal
dalam satu budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi
dari mendasarkan definisi dari perilaku abnormal pada norma social adalah bahwa
norma – norma tersebut merefleksikan standar yang relative bukan kebenaran
universal.
3. Persepsi
atau tingkah laku yang salah terhadap realitas
Biasanya
sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk
representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar.
4. Orang
– orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan
Kondisi
stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan,
ketakutan atau depresi. Namun terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon
yang sesuai dengan situasi tertentu.
5. Perilaku
maladaptive
Perilaku
yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan membatasi kemampuan kita untuk berfungsi
dalam peran yang diharapkan.
6. Perilaku
Berbahaya
Perilaku
yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau orang lain.
ABNORMALITAS DENGAN KONSEP MOTIVASI
Motivasi dapat
diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik).
- Teori-Teori Motivasi
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya : (1) durasi kegiatan
- Teori-Teori Motivasi
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya : (1) durasi kegiatan
(2) frekuensi kegiatan
(3) persistensi pada
kegiatan
(4) ketabahan, keuletan
dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
(5) devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan
(6) tingkat aspirasi
yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
(7) tingkat kualifikasi
prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
(8) arah sikap terhadap
sasaran kegiatan.
Kendati pemikiran
Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah
memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang
berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
ABNORMALITAS DENGAN STRES
Setiap
manusia di dalam kehidupan sehari-harinya tentu pernah mengalami kegagalan dan
ketidaksesuaian kenyataan yang dihadapi dengan harapan sebelumnya. Kondisi ini
dapat mengarahkan dia ke situasi yang tidak nyaman, yang membuat dirinya sedih,
cemas, ragu-ragu, atau bingung. Kondisi ini adalah salah satu ciri adanya
gangguan psikis, yang mana di bidang psikologi di antaranya dikenal sebagai
kondisi stres.
Stres
yang terjadi akan menimbulkan berbagai komplikasi gangguan, baik fisik, sosial
maupun psikologis. Kemampuan berfikir individu pada kondisi stress mengalami
perubahan, terutama dalam konsentrasi, kemampuan memahami situasi, pengambilan
keputusan dan menemukan solusi. Hal tersebut menimbulakan perilaku abnormal
pada individu yang mengalami stres.
Perilaku
Abnormal dari Gangguan Stres
Dari
uraian diatas dapat diketahui perialku abnormal akibat gangguan stres adalah
sebagai berikut :
a. Agresi
Yaitu
kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang
mengalami kegagalan. Biasanya adapula tindakan sadistik dan membunuh orang.
Agresi ini sangat menggangu fungsi intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
b. Regresi
Yaitu
kembalinya individu pada pola-pola primitif dan kekanak-kanakan. Misalnya
dengan jalan menjerit-jerit, menangis meraung-raung, membanting barang,
menghisap ibu jari, mengompol, pola tingkah laku histeris, dll. Tingkah laku
diatas didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tidak mampu memecahkan
masalah. Tingkah laku diatas adalah ekspresi dari rasa menyerah, kalah, putus
asa dan mental yang lemah.
c. Fixatie
Merupakan
suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotipi,
yaitu selalu memakai cara yang sama. Misalnya, menyelesaikan kesulitannya
dengan pola membisu, membentur kepala, berlari-lari histeris, mengedor-gedor
pintu memukul-mukul dada sendiri, dll. Semua itu dilakukan sebagai alat
pencapai tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
d. Pendesakan
dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan
adalah usaha untuk menghilangkan atau menekankan ketidak sadaran beberapa
kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.
Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek
terdesak yang sering menggangu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang
menakutkan , halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
e. Rasionalisme
Adalah
cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan
jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan tidak menyenangkan. Misalnya,
seorang yang gagal secara total melakukan tugas akan berkata bahwa tugas
tersebut terlalu berat baginya karena dirinya masih muda.
f. Proyeksi
Adalah
usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negative
pada orang lain. Misalnya orang yang sangat iri hati dengan kekayaan dan
kesuksesan tetangganya akan berkata bahwa sesungguhnya tetangganyalah yang
sebenarnya irihati pada dirinya.
g. Tehnik
Anggur masam
Usaha
memberikan atribut yang jelek atau negative pada tujuan yang tidak bisa
dicapainya. Misalnya seseorang mahasiswa yang gagal menempuh ujian akan berkata
bahwa soal ujian tidak sesuai dengan bahan yang diajarkan.
h. Tehnik
jeruk manis
Adalah
usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan
kelemahan dan kekurangan sendiri. Misalnya seorang diplomat yang gagal total
melakukan tugas akan berkata “Inilah tehnik diplomatif bertaraf internasional,
mundur untuk merebut kemenangan”
i. Identifikasi
Adalah
usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain, misalnya mengidentifikasikan
diri dengan bintang film tenar, professor cemerlang dll. Semua itu bertujuan
memberikan keputusan semu pada dirinya.
j. Narsisme
Adalah
perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diri yang
patologis dan berlebih-lebihan. Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah
peduli dengan dunia luar.
k. Autisme
Ialah
gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi
lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan
mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian
dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup,
bertambahnya konflik-konflik batin yang kronis lalu terjadilah disintegrasi
kepribadian.
ABNORMALITAS DENGAN GENDER
Gangguan
Identitas Gender atau transeksualisme adalah ketidakpuasan psikologis terhadap
gender biologisnya sendiri, gangguan dalam memahami identitasnya sendiri,
sebagai laki laki atau perempuan.
Tujuan
utamanya bukan rangsangan seksual tetapi lebih berupa keinginan untuk menjalani
kehidupan lawan jenisnya. Biasanya ybs. merasa seolah terperangkap dalam tubuh
dengan jenis kelamin yang salah.
Dibeberapa
budaya, individu dengan identitas gender yang keliru sering dikaitkan dengan
kemampuan cenayang atau peramal dan diperlakukan sebagai figur yang dihormati
namun tidak jarang justru dijadikan objek ingin tahu, cemoohan hingga sasaran
kekerasan.
Gangguan
identitas gender “berbeda” dengan individu interseks atau hermaphrodite dimana
ybs. terlahir dengan alat kelamin yang tidak jelas akibat abnormalitas hormonal
atau abnormalitas fisik lainnya. Sebaliknya individu dengan gangguan identitas
gender tidak menunjukkan abnormalitas fisik.
Diduga
penyebabnya karena mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya akibat keinginan
orang tua terhadap jenis kelamin berbeda atau kurangnya teman bermain yang
sejenis selama tahun awal sosialisasi.
Para
ilmuwan belum menemukan adanya peran biologis yang spesifik terhadap gangguan
identitas gender.
Sumber
: