TEORI
MOTIVASI
Salah
satu aspek penting dalam perusahaan untuk meningkatkan atau menjaga etos kerja
para karyawan agar tetap gigih dan giat dalam bekerja guna meningkatkan atau
menjaga produktifitas kerja yaitu dengan memberikan motivasi (daya perangsang)
bagi para karyawan supaya kegairahan bekerja para karyawan tidak menurun.
Kegairahan para pekerja tersebut sangat dibutuhkan suatu perusahaan karena
dengan semangat yang tinggi para karyawan dapat bekerja dengan segala daya dan
upaya yang mereka miliki (tidak setengah-setengah) sehingga produktifitasnya
maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai.
Menurut George
R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993)
mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree
of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih
berprestasi. Sedang Ravianto (1986)
dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja,
yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa
uang, jenis pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada
dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan
(action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada
pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan.
Ada definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan :
- Pengaruh perilaku.
- Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan.
- Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. (Campell , 1970).
Motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia
bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a) Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan
dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering
disebut insentif. b) Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999)
Teori motivasi
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory).
Teori ini dikenal dengan nama konsep Higiene, yang mana cakupannya adalah:
1. Isi
Pekerjaan.
Hal ini berkaitan langsung
dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang
isinya meliputi : Prestasi, upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai
aset jangka panjang dalam menghasilkan sesuatu yang positif di dalam
pekerjaannya, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan
potensi individu.
2. Faktor Higienis.
Suatu motivasi yang dapat
diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan
administrasi perusahaan, hubungan antara pribadi, kualitas supervisi.
Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor.
1. Teori Motivasi Kepuasan (Content Theory)
Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor.
Teori ini merupakan teori yang didasarkan
pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari faktor-faktor pendorong
dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini didukung juga oleh para pakar diantaranya
:
*
Teori Hirarki Kebutuhan ( A. Maslow)
* Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland)
* Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)
* Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland)
* Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)
*
Teori E-R-G ( Clayton Alderfer)
A. Teori Hirarki Kebutuhan ( A. Maslow)
Penjelasan
mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada lima
kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis. Tata lima tingkatan motivasi
secara secara hierarkis ini adalah sbb
a) Kebutuhan
yang bersifat fisiologis (lahiriyah)
Manifestasi
kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi
karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan
fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari
seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan produktivitas yang
tinggi bagi organisasi.
b) Kebutuhan
keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs)
Kebutuhan ini
mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam
kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan.
Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya
jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya.
c) Kebutuhan
sosial (Social Needs)
Kebutuhan
akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar
kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan
pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya
sense of belonging dalam organisasi.
d) Kebutuhan
akan prestasi (Esteem Needs)
Kebutuhan
akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul
dalam statusnya seseorang serta prestise yang ditampilkannya.
e) Kebutuhan
mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization)
Setiap orang
ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan
untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada
hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam
motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat
mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan
hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
Teori Maslow
tentang motivasi secara mutlak menunjukkan
perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan
pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat
dimotivasikan oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan.
Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang
memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku
subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
2. Teori
Motivasi Proses (Process Theory)
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan
organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si
pekerja. Dalam hal ini teori motivasi proses yang dikenal seperti :
- Teori Harapan (Expectancy Theory), komponennya adalah: Harapan, Nilai (Value), dan Pertautan (Instrumentality).
- Teori Keadilan (Equity Theory), hal ini didasarkan tindakan keadilan diseluruh lapisan serta obyektif di dalam lingkungan perusahaannya.
- Teori Pengukuhan (Reinfocement Theory), hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari pelaku dengan pemberian kompensasi.
Beberapa tokoh yang mendukung teori ini adalah:
1. Equity Theory (S. Adams)
2. Expectancy Theory ( Victor Vroom)
3. Goal Setting Theory (Edwin Locke)
4. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)
3. Goal Setting Theory (Edwin Locke)
4. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)
5. X Y Theory
(Mc Gregor)
1. Teori Keadilan
Inti
teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan
yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa
imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
-
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar
-
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dalam
menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat
macam hal sebagai pembanding, hal itu antara lain :
-
Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan
kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan
pengalamannya;
-
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
-
Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama
serta melakukan kegiatan sejenis;
-
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan
yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai yang bersangkutan.
2.
Teori Harapan
Victor
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan
infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut :
1.
Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh
hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai
penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan
muncul dari tindakan orang tersebut.
2.
Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut
valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang
diharapkan.
3.
Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai
hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai
kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan
tertentu.
Motivasi
dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi
bila ia percaya bahwa :
1.
Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu
2.
Hasil tersebut punya nilai positif baginya
3.
Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang
Dengan
kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan
usaha.
3.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin
Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni :
(a)
tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b)
tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c)
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
(d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Teori
ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut :
•
Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak
dicapai.
•
Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila
tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.
•
Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan
untuk bertingkah laku.
4.
Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)
-
Teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”
-
Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara
tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
Rangsangan yang didapat akan
mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya
akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan
selanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi
suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi
lagi. Demikian seterusnya sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk
menghasilkan hal-hal yang positif.
ARTIKEL MOTIVASI
"ADAM KHOO"
Si Adam Khoo http://e-motivasidiri.blogspot.com/2012/10/motivasi-sukses-kisah-5-orang-bodoh.html ini
adalah seorang berkebangsaan Singapura. Beda dengan Bill Gates, si Adam Khoo
ini memang terkenal ‘batu’, terutama dalam hal akademis. Saking gebleknya, dia
sudah dikeluarkan dari sekolah di kelas 4 SD. Sesusah apa sih pelajaran
di kelas 4 SD sampai harus dikeluarkan? Jadinya dia masuk ke SD
terburuk di Singapura untuk terus melanjutkan sekolah. Saat pendaftaran masuk
SMP, dia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, lagi-lagi dia harus
masuk ke SMP terburuk di Singapura untuk melanjutkan sekolah. Dengan prestasi
akademis yang kerdil ini, wajar saja dia menjadi bahan tertawaan teman-teman
sejawatnya waktu itu.
Tapi kekurangaanya di dunia
akademis tidak membuntukan ketajamannya di bidang bisnis. Adam Khoo memulai
bisnisnya sejak umur 15 tahun. Kini dia bergerak di bidang bisnis training dan
seminar. Bahkan di saat usianya baru 22 tahun, Adam Khoo sudah menjadi trainer
tingkat nasional di Singapura dengan gaji tinggi bayaran $10.000 perjam! Bayangkan saja, di umur
22 tahun saat semua orang masih disibukkan dengan ngeband, kuliah, dan
mendaftarkan diri di bank-bank swasta, Adam Khoo yang dibilang bodoh sudah
menghasilkan 100 juta rupiah perjam! Kini di usia 26 tahun, dia telah memiliki
empat bisnis dengan total nilai omset US$ 20 juta per tahun. Lalu bagaimana
dengan teman-teman sejawatnya yang dulu meledek nilai akademis Adam? Menelan
ludah! Makan tuh nilai akademis.
-
Analisis
Sperti yang sudah diuraikan dalam
artiker tersebut Adam Khoo memenuhi 3 dari 5 teori kebutuhan Maslow, yaitu :
kebutuhan sosial: Adam Khoo dapat bekerja sama dalam kelompok kerja sehingga
adanya kemajuan dalam organisasi yang ia pimpin, kebutuhan akan prestasi: yaitu
harga diri yang ia ciptakan sendiri hingga mendapatkan kedudukan dan
dianggapoleh masyarakat walaupun masalalunya ia dikucilkan oleh teman-temannya,
dan kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja: yaitu ia mampu mewujudkan dan
mencapai citra dan cita dirinya dan melahirkan hasil yang produktivitas
walaupun banyak yang meremehkannya.
Adam Khoo juga memenuhi teori
harapan, ia mempunyai nilai atau daya tarik sebagai nilai yang orang berikan
kepada suatu hasil yang diharapkan, juga teori tujuan, yaitu ia dapat
memperjuangkan lebih keras untuk mencapai yang menjadi tujuannya terutama dalam
bidang bisnis.
Referensi: