I.
PENGANTAR
1. Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi adalah
pengobatan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran,
perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu
“Psyche” yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan “Therapy” yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut
juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran
Psikoterapi adalah
proses yang digunakan profesional dibidang kesehatan mental untuk membantu
mengenali, mendefinisikan, dan mengatasi kesulitan interpersonal dan psikologis
yang dihadapi individu dan meningkatkan penyesuaian diri mereka (Proschaska
& Norcross, 2007)
2. Tujuan
Psikoterapi
Tujuan psikoterapi antara lain:
- Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
- Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
- Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
- Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
- Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
- Mengembangkan potensi klien.
- Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.
- Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
- Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
- Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
- Membantu penyembuhan penyakit fisik.
- Meningkatkan kesadaran diri.
- Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
- Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.
3. Unsur Psikoterapi
Masserman (1984) melaporkan delapan ‘parameter
pengaruh’ dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi,
yaitu :
1.
Peran sosial (martabat)
2. Hubungan
(persekutuan tarapeutik)
3. Hak
4. Retrospeksi
5. Reduksi
6. Rehabilitasi,
memperbaiki gangguan perilaku berat
7. Resosialisasi,
8. Rekapitulasi
4. Perbedaan
Psikoterapi dengan Konseling
Pada
dasarnya tujuan konseling dengan psikoterapi adalah sama, yaitu eksplorasi
diri, pemahaman diri, dan perubahan perilaku. Keduanya mencoba menghilangkan
perilaku merusak diri pada konseli/klien. Baik konseling dan psikoterapi
menekankan pada perkembangan pembuatan keputusan dan keterampilan pembuatan
rencana oleh konseli/klien. Hubungan antara konselor dengan konseli merupakan
bagian paling penting dalam konseling dan psikoterapi.
a) Konseling
lebih berfokus pada konseren, ikhwal, masalah pengembangan, pendidikan, dan
pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih fokus pada konseren atau masalah
penyembuhan, penyesuaian, dan pengobatan.
b) Konseling
dijalankan atas dasar falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedang psikoterapi
atas dasar ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi. Perlu ditambahkan
bahwa konseling juga memanfaatkan teori kepribadian dan teori psikologi
lainnya, tetapi bukan sebagai dasar kerjanya, melainkan hanya sebagai alat
bantu dalam memahami individu.
c) Konseling
dan psikoterapi berbeda dalam tujuan dan caranya dalam mencapai tujuan. Tujuan
psikoterapi adalah mengatasi kelemahan tertentu melalui beberapa cara praktis
mencakup “pembedahan psikis” dan pembedahan otak. Sedang konselor berurusan dengan
identifikasi dan pemgembangan kekuatan-kekuatan positif pada individu. Hal ini
dilakukan dengan membantu klien untuk menjadi seorang yang berfungsi secara
sempurna.
d) Penekanan
pada perbedaan subyek, konseling lebih menekankan pada hal-hal yang sadar dan
masa kini, sedangkan terapi pada masa yang lalu.
e) Sifat
gangguan yang ditangani konseling dan psikoterapi juga berbeda. Konseling lebih
pada masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan. Sedang psikoterapi menangani
masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah.
5.
Pendekatan terhadap mental Lines.
a) Biological
Meliputi keadaan mental organik,
penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey,
Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang
berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya
insulin.
b) Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan
efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuelepasca-traumatic,
kededihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan
respons emosional penuh stress yang dilimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga
meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan
lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c) Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan
sosial, makna sosial atau budaya dari ejala dan masalah keluarga. Dalam
pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang
berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d) Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga
diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan
keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai
sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan
atau pemaksaan.
6. Bentuk Utama Terapi :
A. Terapi
Supportive : Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan
untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang
dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan
psikisnya.
Psikoterapi
suportif (atau supresif atau non spesifik)Tujuan psikoterapi jenis ini
ialah:
- Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya
- Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis, 2005)
- Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001)
- Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik (Tomb, 2004).
- TERAPI PSIKOANALISIS
1.
Konsep dasar Psikoanalisis tentang Kepribadian
A. Kesadaran
kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan
pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah
permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang
terlihat di permukaan.
Demikianlah juga halnya dengan
kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun
dalam alam ketidaksadaran.
B. Struktur kepribadian
Struktur kepribadian manusia menurut
Freud terdiri dari id, ego, dan super ego. Id adalah struktur psikis yang
muncul sejak lahir. Struktur ini merupakan penyimpanan dorongan dan impuls
instingstif dasar, mencakup rasa lapar, haus, seks, dan agresi (Navid; Rathus;
Green, 2003). Selama tahun pertama dalam kehidupan manusia, seorang anak
mempunyai id yang tidak dapat secara segera dipuaskan dan dia harus menunggu
agar id-nya terpuaskan. Contohnya jika seorang anak haus, dia masih harus
menunggu minuman/ susu dipersiapkan untuknya.
C. Mekanisme pertahanan ego
Menurut Freud ada tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
1. Represi
Yang dimaksud dengan represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk
meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan
2. Sublimasi
Yang dimksud dengan sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat
Yang dimksud dengan sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat
3. Proyeksi
Yang dimaksud dengan proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan pada orang lain. Sebagai contoh seorang siswa yang malas kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia tidak lulus bukan karena malas, malainkan karena guru sentimen kepadanya.
4. Displacement
Yang dimaksud dengan displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula. Contohnya, seorang siswa yang dihukum oleh gurunya kemudian melampiaskan keinginan untuk melakukan pembalasan dengan merusak perabotan sekolahnya.
5. Rasionalisasi
Istilah rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, malalui dalih atau alasan tertentu seakan-akan masuk akal sehingga kenyataan tersebut tidak mengancam ego individu yang bersangkutan
Yang dimaksud dengan proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan pada orang lain. Sebagai contoh seorang siswa yang malas kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia tidak lulus bukan karena malas, malainkan karena guru sentimen kepadanya.
4. Displacement
Yang dimaksud dengan displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula. Contohnya, seorang siswa yang dihukum oleh gurunya kemudian melampiaskan keinginan untuk melakukan pembalasan dengan merusak perabotan sekolahnya.
5. Rasionalisasi
Istilah rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, malalui dalih atau alasan tertentu seakan-akan masuk akal sehingga kenyataan tersebut tidak mengancam ego individu yang bersangkutan
6. Reaksi formasi
Kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar menungkapkan tingkah laku sebaliknya
Kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar menungkapkan tingkah laku sebaliknya
7. Regresi
Yang dimaksud dengan regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu
Yang dimaksud dengan regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu
2. Unsur-unsur Terapi
a. Muncul gangguan
Terapis berusaha
memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk
lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis,
memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami
gangguan yang serupa, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi
dengan cepat.
b. Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya
penguatan diri klien, agar dikemudia hari apabila klien mengalami problem yang
sama, maka klin akan lebih siap.
c. Peran terapis
Membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan
personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja
dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan
perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan
pertentangan pada cerita klien.
3. Teknik-teknik
Terapi
a. Free Association ( asosiasi bebas ) ; prosedur :
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :
mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :
mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
b. Analisis Transference :
Transferensi adalah pengalihan sikap,
perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam
proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang
tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan
mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau
ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi
yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada
terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang
diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat
dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat
berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini
mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari
tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar
klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan
yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya
kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis
menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak
memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi
(pelepasan tegangan emosional) pada pasien.
c. Analisis Resisten
Resistensi adalah
sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan
yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat
menunjukkan ketidaksediaan untuk
menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu.
Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang
digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa
dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau
perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan penafsiran resistensi, ditujukan
untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi
sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan
resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang
akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal-hal
yang tidak disadarinya.
d. Analisis Mimpi
Studi Freud yang
mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal
ini. Baginya mimpi merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak
disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi
atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf,
yaitu isi laten dan isi manifes. Isi
laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan
tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan
seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes
yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana
adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud
adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau
semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik
analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka
hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman
kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan
melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan
muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi
merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut
hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.
Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang
bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis
adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol
yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga
dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi
manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
- http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-standar-etika_4239.html
- Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
- Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius
- http://www.psychologymania.com/2011/10/pengertian-psikoterapi.html