Sabtu, 20 April 2013

kesehatan mental - konsep manusia menurut beberapa aliran.



Kesehatan mental    
Konsep manusia menurut aliran Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Gnothi Seauthon…! Kenalilah dirimu…! Motto ini telah mengusik para filusuf untuk mencoba memahami dirinya. Konon, motto inilah yang mendorong berkembangnya ilmu filsafat di Yunani. Dan ternyata hingga saat ini pun masih relevan
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia telah melahirkan banyak teori-teori tentang manusia, tetapi empat pendekatan yang paling dominan dan berpengaruh adalah : Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistis. Psikoanalisis melukiskan manusia sebagai makhlik yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).
Di sisi lain, menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Dan struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari  id, ego dan superego.
-          Manusia memiliki struktur kepribadian yaitu :
1.      Id
a.       Merupakan sistem kepribadian yang asli
b.      Berisi segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir.
c.       Fungsi Id adalah untuk mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan-ketegangan yang dicurahkan oleh jasad dalam rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.
d.      Prinsip kesenangan (pleasure principle) terjadi untuk membebaskan atau mengurangi jumlah ketegangan.
2.      Ego
a.       Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif.
b.      Ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang bertujuan untuk menangguhkan peredaran energi sampai benda nyata yang akan memuaskan keperluan telah ditemukan atau dihasilkan.
c.  Ego disebut eksekutif kepribadian karena mengontrol ke arah tindakan, memilih lingkungan berespon, memutuskan insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.
d.   Peran utamanya menengahi kebutuhan instingtif organisme dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya.
e. Tujuannya yang sangat penting adalah mempertahankan kehidupan individu dan memperhatikan bahwa spesies dikembangbiakkan.
3.      Superego
a.    Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua kepada anak, dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah atau hukkuman.
b.    Superego adalah wewenang moral kepribadian, mencerminkan hal yang ideal dan bukan yang real, dan memperjuangkan kesempurnaan, dan bukan kenikmatan.

Konsep Manusia Dalam Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat.Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons(responder),sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
- Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia,yakni:
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.

- Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
-  Corey(1991),mengemukakan bahwa pada terapi perilaku,perilaku adalah hasil dari belajar.Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku.karena setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
- Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik.Pengubahan(modifikasi)perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak.
Psikologi perilaku memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak diamalkan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi, pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan penertiban social melalui law of enforcement, yakni:
a.       Classical Conditioning (pembiasaan klasik) yaitu rangsang (stimulus) netral akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang itu sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.
b.      Law of effect (hukum akibat) yakni perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan pelaku cenderung diulangi; sebaliknya  perilaku yang menimbulkan akibat tidak memuaskan atau merugikan cenderung dihentikan.
c.       Operant conditioning (pembiasaan operan): suatu pola perilaku akan mantap apabila berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif) atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negatif). Di sisi lain suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (Hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan pelaku (Penghapusan).
d.      Modeling (peneladanan): perubahan perilaku dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan dikagumi.
Keempat asas perubahan perilaku itu berkaitan langsung dengan proses belajar yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kemauan), dan aksi (tindakan) atau dengan kata lain meliputi unsur cipta, rasa, karsa, dan karya.
Konsep manusia menurut Pandangan Humanistik
     
Abraham Maslow dikenal sebagai bapak psikologi humanistik. Menurutnya, manusia adalah makhluk kreatif yang dikendalikan oleh niali-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan ketidaksadaran. Menurut Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan yang berhirarki, meliputi:
a. Kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan rasa aman.
c. Kebutuhan rasa cinta dan memiliki.
d. Kebutuhan akan penghargaan.
e. Kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan tersebut di atas dikatakan berhirarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang lebih rendah sudah terpenuhi.
Jadi konsep manusia menurut aliran ini adalah manusia merupakan makhluk yang dikendalikan oleh nilai dan pilihannya sendiri. Dalam hal ini, 5 hirarki kebutuhan termasuk salah satu pengendali manusia. Setelah memenuhi kebutuhan di tingkat terendah, manusia harus berusaha memenuhi kebutuhan di tingkat atasnya agar dapat dinyatakan sebagai pribadi yang sehat dan ideal.
Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis Neo-Freudian (sebenarnya Anti-Freudian) seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi, tetapi lebih banyak lagi mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam "dunia kehidupan" yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. "Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain," kata Brouwer (1983). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers yang boleh disebut Bapak Psikologi Humanistik.
Dalam pandangan eksistensialisme, manusia hanya tumbuh dengan baik dalam hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi dengan benda…subyek dengan subyek, bukan subyek dengan obyek. Di sinilah faktor orang lain menjadi penting, bagaimana reaksi mereka membentuk bukan saja konsep diri kita, tetapi juga pemuasan…apa yang disebut oleh Abraham Maslow sebagai "growth needs". Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial.
Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistik dari mahzab lainnya. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna. Freud pernah berkirim surat pada Princess Bonaparte dan menulis bahwa pada saat manusia bertanya apa makna dan nilai kehidupan, pada saat itulah ia sakit. Itu tidak benar, manusia justru menjadi manusia ketika mempertanyakan apakah hidupnya bermakna. Viktor E. Frankle (1967) berkhotbah," Saya pikir sudah saatnyalah kita mengakui kenyataan bahwa manusia bukan sekedar mekanisme atau hasil proses pelaziman, mengakui kemanusiaan manusia, mengakui bahwa manusia adalah wujud yang selalu mencari makna, dan bahwa hatinya selalu resah sebelum menemukan makna dalam hidupnya."
Khotbah Frankle menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi humanistik, yaitu: keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan diri. Untuk penjelasannya, coba simak penjabaran asumsi-asumsi ini dalam pandangan Carl Rogers di bawah ini.

Secara garis besar, konsepsi manusia dalam pandangan Humanisme menurut Carl Rogers adalah sebagai berikut:
  1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana sang Aku, Ku, atau Diriku (the I, Me, or Myself) menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada 'konsep diri', yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal… medan keseluruhan pengalaman subyektif seorang manusia yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang "bukan Aku".
  2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
  3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada "realitas" seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
  4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
  5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri. 
sumber
1. http://andyinis-journal.blogspot.com/2013/04/konsep-manusia.html
2. Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi, psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada
3. http://mutiarafatur.blogspot.com/2012/04/pandangan-psikoanalisis-behavioristik.html